Wednesday, November 14, 2018

Ahok Unggul atas Hanum, Ini Alasannya

Ramainya spekulasi pertarungan film A Man Called Ahok serta Hanum & Rangga: Faith and The City masih tetap hangat diperbincangkan warganet sekarang ini. Didapati, warganet memperbandingkan serta menyambungkan dua film yang tayang dengan bertepatan pada Kamis (8/11) dengan unsur politik di dalamnya.

Perihal ini juga dikatakan oleh dua pengamat film, Benny Benke serta Yan Wijaya. Dalam gagasannya mereka berdua setuju, bila film Hanum terserang efek dari masalah nonfilm, yakni sesudah Hanum Rais membela Ratna Sarumpaet berkaitan masalah hoaks. Sedang Ahok, tetap dihubungkan dengan masalah politik yang sempat menerpa bekas gubernur DKI itu.

“Menyedihkan sich. Film dihubungkan dengan masalah politik. Walau sebenarnya, ke-2 sutradaranya mengakui (film ini) tidak berkaitan dengan kebutuhan politik praktis. Akan tetapi, publik sudah terburu mengkaitkan hal tersebut, diperparah perang pendapat pada beberapa simpatisan serta pembenci,” terangnya dalam pesan singkat pada SP, Senin (12/11).

Baca Juga : Wtc 21 Jambi dan Jadwal Bioskop Cinema 21 Jambi

Benny ikut meneruskan, sama-sama sindir serta sama-sama serang lewat media sosial akan memengaruhi, kemauan seorang untuk hadir melihat atau malah menggagalkan tujuannya untuk melihat film itu.

Selain itu, Yan Wijaya waktu dihubungi ikut menjelaskan data pemirsa dua film itu. Di hari pertama sampai hari keempat penayangan, Ahok pimpin dengan keseluruhan pencapaian 587.474 pemirsa, sedang Hanum mencapai 201.378 pemirsa.

Menurut Yan, tidak hanya masalah politik yang mengikat antarkeduanya, jumlahnya pemirsa film Ahok yang tambah tinggi dari Hanum, ikut sebab di pengaruhi oleh ide awal film ini yang dikemas oleh sang sutradara Putrama Tuta, serta tiga produser Ilya Sigma, Emir Hakim, serta Reza Hidayat yang menggawanginya.

Yan menjelaskan, film A Man Called Ahok yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Rudi Valinka mempunyai kemampuan untuk merangkul semua keluarga. Sebab menceritakan mengenai jalinan seseorang anak, Basuki Tjahaja Purnama, pada ayahnya, Kim Nam. Jadi, menurut Yan, film ini dapat dilihat untuk keluarga.

Sedang Hanum, bercerita cerita romansa Hanum Rais serta sang suami, Rangga. Film ini menceritakan mengenai perjalanan menjaga cinta serta mengutamakan pada cerita dilemma yang dihadapi wanita karir. Apa pilih untuk menguber yang diimpikan atau mengawasi keutuhan satu keluarga.

“Segmennya berlainan, serta Ahok memperoleh ruangan yang lebih luas dari Hanum,” terangnya. Lebih dari itu, Yan ikut menjelaskan film ke lima dari novel garapan Hanum ini rupanya tidak sesukses dari yang awal mulanya. Sebutlah saja film, 99 Sinar di Langit Eropa 1 serta 2, Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 serta 2.

Baca Juga : Jadwal XXI Wtc 21 Jambi dan Gorontalo XXI Mall Gorontalo

“Dulu, film mode semacam ini banyak disukai sebab waktu itu jarang ada film yang ambil latar tempat syuting di benua Eropa. Akan tetapi, sekarang banyak film yang ambil latar di luar negeri, jadi biasa,” tembahnya.

Bukan Panggung Politik , Lainnya bagian, produser dari A Man Called Ahok, Emir Hakim waktu dihubungi SP menolak bila film ini dipandang seperti wadah atau panggung politik buat grup spesifik. Dianya menuturkan, semenjak pertama-tama film ini direncanakan untuk dibikin, arah pentingnya ialah untuk memberikan inspirasi beberapa orang.

“Kita sadar, orang dengar kata Pak Ahok tentu berfikir akan ada cerita politik yang kuat. Karena itu, semenjak film ini diumumkan 6 September 2018, kami roadshow ke sejumlah kota untuk mengemukakan film ini tidak sempat menempatkan cerita, panggung atau alat politik di film ini.

Ini ialah cerita yang diambil dari novel, yang bercerita bagaimanakah cara seseorang bapak membuat ciri-ciri anaknya, sampai jadi tokoh yang kuat,” katanya. Juga demikian, menjadi produser dianya juga tidak dapat untuk batasi interpretasi publik pada film ini, serta menghormati semua komentar jadi satu dorongan untuk masih memberi karya yang positif.

"Kami menjadi pembuat film masih tertarik dengan film lainnya, serta mesti kita beri pujian ikut, serta tertarik juga. Kita tidak ingin disangkutpautkan dengan film manakah juga. Kita dari pertama prinsip saling untuk bikin karya film yang bagus. Pemirsa jadi penilai saja. Jika dibanding dengan film manakah juga, boleh-boleh saja jika mereka yang bicara,” terangnya.

Baca Juga : Jadwal Bioskop XXI Mall Gorontalo dan Jadwal XXI Gorontalo Mall Gorontalo

Positifnya, Emir menjelaskan tanggapan yang ramai dari pemirsa di media sosial malah membuat jumlahnya pemirsa film Ahok selalu bertambah. Sekarang ini telah seputar lebih dari 400 monitor bioskop di Indonesia yang menayangkan film ini.“Saya perasaan saat orang sudah melihat film itu, mereka keluar serta menceritakannya bagaimana reaksi mereka sesudah
tonton film itu, itu yang menurut saya adalah promo yang sangat kuat, word of mouth,” tuturnya.

Promo PAN, Lainnya bagian, dikutip dari Tirto, Hanum mempunyai langkah promo film yang berlainan dari Ahok, yakni dengan menggandeng Partai Amanat Nasional (PAN) yang memberikan instruksi kader melihat film. Begitupun Kampus Muhammadiyah Surakarta (UMS). Rektor universitas langsung memberi petunjuk sama.

Petunjuk pada kader PAN muncul dari Sekjen Eddy Soeparno serta Wakil Ketua Umum Viva Yoya Mauladi. Surat bernomor PAN/WKU-SJ/172/XI/2018 menuturkan dengan jelas fakta pengerahan kader melihat film itu.

Dalam surat itu, DPP minta kesediaan pada beberapa nama yang terlampir menjadi koordinator serta memfasilitasi tonton bareng bersama dengan konstituen di daerah pemilihannya di hari pertama film itu tayang, 8 November kemarin. Beberapa koordinator ini pula disuruh lakukan blocking satu studio atau lebih di jaringan bioskop XXI di kota semasing untuk kepentingan tonton bareng itu.

Tidak lupa, surat tertanggal 2 November 2018 ikut minta kader PAN mendatangkan mass media untuk kabar berita yang luas serta masif. Dalam point paling akhir tercatat jika pergerakan itu mempunyai tujuan membuat gaung nasional atas film Hanum & Rangga karya anak bangsa yang memiliki nuansa Islami serta memberi teladan dalam membina keluarga muda.

No comments:

Post a Comment